Di dunia ini, tidak ada yang tidak diberi cobaan.
Setiap orang pasti pernah mengalami manis pahitnya kehidupan, baik itu berupa
cobaan ekonomi, kesehatan, keluarga, dan masih banyak lagi. Namun, tidak semua
orang bisa melewatinya dengan baik. Hanya dengan doa, ikhtiar dan berserah
dirilah masalah akan cepat selesai.
Dengan segenap usaha dan do’a, Abah Deden sampai
saat ini masih bertahan dalam masalah yang menyelimutinya. Pejuang nafkah yang
bertempat tinggal di Jl. Padalarang, Bandung tersebut dilanda kesulitan
ekonomi, sehingga mengharuskan ia untuk tetap bekerja. Selain itu, ia juga
diuji dengan kondisi istrinya yang mengalami penyakit kejiwaan. Mau tidak mau,
ia harus bisa mengatasi masalahnya seorang diri.
Sosok Abah
Deden
Banyak orang yang memanggilnya Abah Deden. Ia tidak
dipanggil Mas atau Bapak karena usianya yang sudah mulai renta. Tahun ini,
usianya sudah menginjak 67 tahun. Meskipun usianya sudah tidak muda lagi, ia
tetap gigih mencari sesuap nasi dengan berjualan tisu keliling menggunakan
gerobak tuanya. Abah Deden biasa berjualan di sekitar Cicadas, Antapani,
Ciganitri, dan sekitarnya.
Orang-orang tentu akan merasa takjub melihat
perjuangan Pak Deden. Bukan hanya sekedar menjual tisu, tetapi ia juga membawa
istrinya di dalam gerobak. Pak Deden khawatir jika istrinya ditinggalkan
sendirian karena kondisi kejiwaannya sedikit terganggu. Tidak jarang istrinya
berteriak-teriak saat hari sudah gelap. Oleh karena itu, ia rela kakinya
kepayahan demi mencari nafkah dan juga menjaga istrinya yang sakit.
Istri Pak Deden ternyata memiliki kisah yang cukup
pilu. Dulu, ia dibuang oleh mantan suaminya dan ditemukan dalam keadaan tidak
berdaya di pinggir jalan. Saat itu, Abah Deden yang melihatnya merasa kasihan
dan menolongnya. Lama-lama, abah mulai tertarik dan menjadikannya seorang
istri.
Setiap harinya, Abah Deden harus setor sebesar 300
ribu rupiah pada bosnya. Oleh karena itu, Abah seringkali mendapatkan
keuntungan yang sedikit, bahkan tidak sama sekali. Dengan kondisi seperti ini,
Abah Deden kesulitan untuk mengobati sakit kulitnya yang tidak kunjung sembuh.
Jangankan untuk pergi berobat, untuk makan saja susah.
Kebaikan untuk Abah Deden
Selama hidupnya, Abah Deden sudah memperlihatkan
ketulusan pada sesama. Ia begitu baik ingin merawat istrinya yang mengalami
gangguan kejiwaan. Meskipun kondisi ekonominya sulit, ia pantang menyerah untuk
tetap berjuang hidup berdua. Untuk itu, kebaikan ini layak kita tiru agar bisa
menebarkan lebih banyak manfaat pada orang banyak.
Produk asuransi syariah AlliSya Protection Plus dari Allianz
bisa membantu kita untuk memulai kebaikan. Dengan menggunakan layanan asuransi
ini, kita bisa memberikan perlindungan jiwa dan kesehatan terbaik pada
orang-orang terkasih di sekitar kita. Oleh karena itu, kita tidak perlu was-was
dengan biaya tanggungan kesehatan dan jiwa di masa depan.
Selain itu, Asuransi Syariah Indonesia Allianz juga menawarkan fitur wakaf yang bisa membantu kita
untuk senantiasa berbagi rezeki kepada sesama. Anda bisa menyisihkan sebagian
dana musibah yang nantinya akan disalurkan kepada peserta asuransi lain yang
lebih membutuhkan. Dari dana wakaf tersebut, ada banyak orang yang bisa mendapatkan
kebaikan yang tidak terhingga.
Oleh karena itu, #AwaliDenganKebaikan bersama Allianz. Dengan senantiasa
melakukan kebaikan seperti Abah Deden, kita bisa memberikan manfaat
sebanyak-banyaknya pada orang sekitar. Selain itu, perbuatan baik juga bisa
mengantarkan Abah Deden pergi umroh gratis yang diselenggarakan oleh Allianz.
Untuk itu, lakukan kebaikan sekecil apapun dari sekarang!
0 komentar:
Posting Komentar